PERSPEKTIF SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pendahuluan
Sistem informasi kesehatan dapat dibedakan
dalam berbagai perspektif (Van de Velde dan Degoulet, 2003)1, yaitu (1) perspektif fungsional, (2) perspektif arsitektur teknologi. Dua perspektif ini
bersifat generik dan tidak hanya berlaku untuk sistem informasi kesehatan saja,
tetapi untuk sistem informasi secara keseluruhan.
A. Sistem Informasi Kesehatan Perspektif Fungsional
Secara fungsional, sistem informasi
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam sistem informasi, yaitu Sistem
Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi Kesehatan Publik, dan Sistem Informasi
Klinis.
1.
Sistem
Informasi Rumah Sakit
Menurut catatan
Van de Velde dan Degoulet (2003), sistem informasi rumah sakit di negara-negara
maju, terutama Amerika, dikembangkan sejak tahun 1960an. Pada tahap awal
kemunculannya, Sistem Informasi Rumah Sakit telah menggabungkan fungsi
administratif dan medis. Meski demikian, tidak jarang fokus awal pengembangan
sistem informasi, baik yang diaplikasikan di bidang kesehatan maupun bidang
lain, dimulai pada urusan keuangan. Dalam konteks ini, Sistem Informasi Rumah
Sakit biasanya dimulai dengan sistem informasi untuk mendukung administrasi
keuangan rumah sakit untuk menentukan dan merekapitulasi besar tagihan yang
ditanggung oleh pasien. Pada tahap awal ini, Sistem Informasi Rumah Sakit
cenderung bersifat otomatisasi proses, yang sebelumnya mengandalkan manusia
yang potensi kesalahannya besar, digantikan dengan sistem informasi dengan
tingkat akurasi yang lebih tinggi dan menghemat waktu dalam pelayanan.
Berikut akan disajikan gambar tipikal alur
layanan media di rumah sakit.2
Di Amerika,
pada tahun 1980an, Sistem Informasi Rumah Sakit berkembang pada tahap yang
lebih lanjut dengan fokus pada produktivitasnya. Sistem informasi pendukung
keuangan yang sebelumnya didasarkan pada fee-per-service digantikan dengan
biaya-biaya penggunaan sumber daya, seperti obat-obatan. Pada sisi medis,
sistem informasi yang sebelumnya cenderung mengotomatisasi proses yang sudah
ada, menjadi sistem informasi yang mendukung dokter, perawat, dan lembaga
penyedia jasa kesehatan lainnya dalam memberikan layanan kepada pasien. Tujuan Sistem
Informasi Rumah Sakit yang dikembangkan adalah untuk meningkatkan layanan
kepada pasien dan kualitas pengambilan keputusan.
2.
Sistem
Informasi Kesehatan Publik
Sistem Informasi
Kesehatan Publik muncul karena tuntutan akan integrasi informasi yang tersebar.
Sistem Informasi Kesehatan Publik juga disebut sebagai community health information systems (Tan et al., 2005)3,
atau public health informatics (Yasnoff
et al., 2001).4 Sistem informasi kesehatan publik menurut Yasnoff,
Overhage, Humphreys, dan La Venture, didefenisikan sebagai the systematic application of information and computer sciences to
public health practice, research, and learning”. Perkembangan bidang ini
dan diseminasi pengetahuan dan keahlian informatika kepada profesional
kesehatan publik adalah kunci pembuka potensi sistem informasi untuk
meningkatkan kualitas kesehatan publik.
Jika Sistem
Informasi Rumah Sakit terbatas pada fungsi dukung operasional dan medis di
lingkup rumah sakit, Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan yang
lebih luas. Kantor-kantor pemerintah yang mengurusi bidang kesehatan dan
lembaga layanan kesehatan non rumah sakit pun, seperti Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), masuk dalam ranah sistem informasi kesehatan publik.
Fungsi surveillance atau pemantauan
perkembangan kondisi kesehatan masyarakat (seperti pemantauan epidemi dan lain
sebagainya) dapat dimasukkan ke dalam satu fitur sistem informasi kesehatan
publik ini. Pada intinya, koordinasi segala aspek pelayanan kesehatan bagi
masyarakat secara umum yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan dari tingkat paling dasar seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan
sebagainya, hingga tingkat Pemerintah Pusat akan tercakup dalam Sistem
Informasi Kesehatan Publik.
3.
Sistem
Informasi Klinis
Tujuan utama
pembuatan Sistem Informasi Klinis adalah untuk mengurangi biaya dengan
memberikan informasi yang membantu dokter untuk mengambil keputusan dalam
aktivitas sehari-hari. Sistem Informasi Klinis tidak hanya membantu dokter
dalam menangani masalah administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk
meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. Sistem Informasi Klinis dapat
didukung dengan sistem pendukung keputusan, yang diantaranya membantu dalam
diagnosa penyakit dan menentukan tindakan medis.
Terdapat dua
pertimbangan sekaligus yang digunakan dalam menggunakan Sistem Informasi
Klinis, yaitu pertimbangan ekonomis untuk efisiensi dan pertimbangan medis
untuk meningkatkan kualitas layanan. Sistem Informasi Klinis ini dapat diadopsi
pada level individu dokter atau lembaga pelayanan kesehatan non rumah sakit.2
B. Sistem Informasi Kesehatan Perspektif
Arsitektur Teknologi
Pada era teknologi
informasi yang semakin lebih dekat ke arah mobilitas pengguna, tiga
pengembangan terpenting dalam Sistem Informasi Kesehatan adalah pengembangan sistem
informasi berbasis pada komponen objek, sistem terdistribusi, dan teknologi mobile.
1.
Sistem
Informasi Berbasis Komponen Objek
Teknologi
berbasis pada komponen objek mengubah paradigma teknologi berbasis pada
perpindahan data (data-driven technology)
menjadi arsitektur berbasis pada pengetahuan (knowledge-driven technology) yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah. Dengan berbasis pada komponen objek, memungkinkan aturan
bisnis, kebijakan dan berbagai macam peraturan yang lain diintegrasikan ke
dalam sistem informasi. Komponen merupakan unit dari software yang membangun keseluruhan sistem. Setiap komponen
merupakan proses tersendiri yang memiliki masukan (input) dan atau keluaran (output).
Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan berbasis objek ini memungkinkan sistem dikembangkan
secara modular (berbasis pada komponen) yang memungkinkan proses penambahan
fitur dan fungsionalitas secara lebih mudah di masa depan. Setiap modul akan
memiliki properti, dan memiliki metode yang dipergunakan untuk memanipulasi
properti yang dia miliki untuk diberikan keluaran (output) sesuai dengan yang diinginkan.
2.
Sistem
Informasi Terdistribusi
Dalam era
keterbukaan dan era keterhubungan, maka diperlukan mekanisme yang dapat
menghubungkan antar satu sistem dengan sistem lainnya. Proses keterhubungan ini
menjadi kompleks ketika tiap sistem dibangun dengan platform dan sistem yang
berbeda. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit dapat melayani proses pemesanan (booking) kamar pasien secara online dan melayani pembayaran tagihan
rumah sakit melalui Internet Banking.
Maka setiap sistem yang terkait, yakni Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem
Perbankan yang melayani pembayaran, dan User
Interface pembayaran, harus terhubung dengan mekanisme yang memungkinkan
mereka bertukar data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses tersebut.
Mekanisme
distribusi yang dimungkinkan adalah dengan menggunakan Web, CORBA, DCOM, dan Web Services. Dengan menggunakan Sistem
Informasi Terdistribusi, data akan dikirimkan ke antar sistem yang berbeda, dan
dikirimkan melalui jaringan komputer. Dalam lingkungan terdistribusi, aplikasi
yang berjalan merupakan kumpulan interaksi dari berbagai macam komponen, yaitu
objek data, objek aplikasi, dan user
interface.
3. Service
Oriented Architecture
Dalam konsep Sistem
Informasi Service Oriented Architecture,
semua komponen software (atau
unit-unit fungsional yang terbuka bagi entitas lain untuk menjalankannya atau mengkonsumsinya
melalui jaringan) dimodelkan sebagai sebuah services.
Contohnya adalah pada proses pemesanan (booking)
kamar pasien sebagaimana telah dijelaskan pada poin sebelumnya di atas,
menunjukkan bahwa pada setiap sistem yang terhubung terdapat komponen software (atau unit fungsi) yang
bersifat terbuka, yang dapat dieksekusi (dikonsumsi) oleh sistem yang lain.
Service Oriented Architecture memfokuskan pada service antarmuka, dimana konsep yang sebenarnya mirip dengan
arsitektur software tradisional yang
berbasis komponen, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar, yakni fokusnya yang
bergeser kepada pembangunan service
yang diapnggil melalui jaringan. Desainer Sistem Informasi Service Oriented Architecture tidak membangun sebuah program yang
terdiri dari komponen software, akan
tetapi mereka akan membangun service
yang memiliki interface dan
memungkinkan untuk dipergunakan dalam konteks bisnis yang bermacam-macam.
Kunci utama dari sebuah Sistem Informasi Service
Oriented Architecture adalah
deskripsi service. Service ini akan dipublikasikan oleh service provider ke service registry. Service
description akan memberikan sebuah hasil dari operasi pencarian yang
dilakukan oleh service requestor.
Adapun informasi yang diberikan akan dipergunakan untuk memanggil web service yang diberikan oleh penyedia
service. Dengan konsep Sistem
Informasi ini, Sistem Informasi Kesehatan dapat dikembangkan tanpa perlu
mempertimbangkan kesamaan teknologi yang membangun antar entitas (sistem). Yang
perlu mendaptkan perhatian adalah bagaimana service
dapat dipergunakan untuk menjembatani tiap proses yang berkepentingan dalam
interaksi antar entitas. Tidak setiap proses atau fungsi bersifat terbuka
antara entitas satu dengan entitas yang lain. Akan tetapi keterbukaan yang
diwujudkan dalam bentuk service hanya
akan terjadi pada unit atau fungsi yang membutuhkan proses komunikasi.
Pilihan
teknologi yang dipergunakan, apakah berbasis web, ataukah berbasis aplikasi
desktop, atau lebih detail lagi dalam basis web, apakah hendak dibangun dengan
Java, Net, Framework, atau PHP dan lain sebagainya. Serta dalam desktop semisal
dengan Visual Studio ataukah dengan Delphi, dan lain sebagainya. Hal tersebut
sangatlah ditentukan oleh kebutuhan bisnis dari setiap entitas terkait. Setiap
teknologi akan didesain sesuai dengan kebutuhan masing-masing entitas bisnis.
Misalnya apabila teknologi tersebut dikaitkan dengan masalah keamanan,
kehandalan, atau bahkan biasa atau tidak biasanya entitas tersebut dengan suatu
teknologi.
4.
Arsitektur
Berbasis Web Services
Seiring dengan
meningkatnya penggunaan internet, komponen-komponen yang dibutuhkan untuk
menjalankan aplikasi dapat tersedia secara terpisah-pisah. Keberadaan jaringan
(atau dalam hal ini adalah internet), memungkinkan setiap komponen tersedia
dengan mudah selama mereka terhubung ke dalam jaringan. Salah satu mekanisme
yang kini banyak dipergunakan untuk menjalankan fungsi dan aplikasi
terdistribusi adalah Web Services. Web Services merupakan konsep bagian
dari business logic yang dapat
diakses oleh jaringan, terletak di sembarang tempat di internet, dan dapat
diakses melalui teknologi standar dan internet (HTTP dan XML). Web Services berfungsi sebagai alat
perantara untuk mengirimkan dan menerima pesan. Pesan yang dikirimkan dapat
berupa permintaan untuk mengeksekusi sebuah prosedur atau fungsi yang terletak
di tempat lain (remote) atau data yang dikirimkan dalam format XML.
Web Services berbeda dengan layanan web yang harus dikirimkan dan diterima dengan
aplikasi browser. Web Services dapat
dipergunakan dalam berbagai macam aplikasi, baik berbasis pada web (menggunakan
browser) ataupun berbasis pada aplikasi desktop, ataupun berbasis pada platform yang lain selama semua aplikasi
tersebut terhubung ke dalam jaringan, baik Inter maupun Intranet. Layanan Web Services tersedia dengan API (Application Programming Interface) sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mengimplementasi Web Services adalah sebagai berikut:
a.
Komponen
yang dimiliki oleh setiap sistem yang berbeda dapat diintegrasikan dalam platform yang bersifat heterogen, baik
dari sisi sistem operasinya, application
server, maupun bahasa pemrograman yang dipergunakan.
b.
Proses
bisnis dari Sistem Informasi Kesehatan dapat berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan yang muncul. Untuk itu dibutuhkan solusi yang fleksibel yang
memungkinkan perubahan dapat dilakukan kapan pun jika diinginkan.
c.
Data yang
ada dalam sistem informasi dibutuhkan oleh banyak pihak terkait, tidak hanya
aplikasi utama yang membutuhkan data dari sistem Web Services memungkinkan ketersediaan data untuk berbagai
kalangan/pihak.
d.
Kebutuhan
mengotomatisasi proses dalam pertukaran data dengan meminimalisir interaksi
manusia.
5.
Mobile
Communications
Dewasa ini,
teknologi mobile seperti handphone,
PDA (Personal Digital Assistant), dan
berbagai macam teknologi wireless
lainnya memungkinkan proses komputasi dan pemanfaatan Sistem Informasi
Kesehatan diperguanakan oleh pengguna yang secara fisik tidak terhubung secara
langsung dengan sistem. Sistem ini memungkinkan akses terhadap Sistem Informasi
Kesehatan secara remote maupun secara
lokal, baik dari sisi administrator, maupun pengguna umum (regular user). Sistem Informasi Kesehatan dapat diintegrasikan
dengan teknologi mobile yang populer,
seperti SMS, MMS, ataupun dapat berupa aplikasi yang diinstal di perangkat
seperti handphone, ataupun PDA dengan teknologi seperti Java Mobile, Symbian atau
Pocket PC Application. Aplikasi mobile tersebut dapat diintegrasikan
dengan konsep sistem terdistribusi sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Dengan sistem yang
diintegrasikan, pengguna akan dimudahkan untuk mengakses data-data kesehatan
yang mereka miliki tanpa harus datang ke lokasi. Sebagai contoh, seorang pasien
yang melakukan cek darah di sebuah laboratorium, akan segera mendapatkan
hasilnya dua jam kemudian, dan hasil ini dapat diakses dengan basis SMS,
ataupun dapat diakses dengan menggunakan internet. Pada contoh yang lain,
seorang dokter dapat langsung terhubung dengan sistem jaringan yang ada dalam
rumah sakit yang bersangkutan. Bahkan ketika antar rumah sakit sudah
terintegrasi satu dengan yang lain, melalui sistem terdistribusi salah satunya,
seorang petugas rekam medis di rumah sakit sebelumnya dari seorang pasien
rujukan pun sudah dapat segera diakses, untuk kemudian diberikan penanganan
yang tepat.
REFERENSI
1.
Van de
Velde, R, dan Degoulet, P. 2003 Clinical
Information Systems A Commponent-Based Approach. Springer, New York.
2.
Sri
Kusumadewi, et al. 2009. Informatika
Kesehatan. Graha Ilmu hlm.29, Yogyakarta.
3.
Tan, J.,
Mas, F.G.S., dan Hsu, C.E. 2005. E-Public
Health Information Systems: E-Technologies for Public Health Preparedness and
Surveilance. Dalam J.Tan (Ed), E-health
Care Information Systems. Josey-Bass, San Fransisco.
4.
Yasnoff,
W., Overhage, J. M., Humphreys, B., dan La Venture, M. 2001. A National Agenda for Public Health
Informatics: Summarized
Recommendations from the 2001 AMIA Spring
Congress. Journal of the American Medical Informatics Association. 8(6),
535-545.
5. https://www.academia.edu/22827429/MODUL_SISTEM_INFORMASI_KESEHATAN_Revisi_2014 (Diakses
pada tanggal 08 September 2017, pukul 18:20 Wita).
Coin Casino Review (2021) | Get 100% up to $600 + 200 FS
BalasHapusCoin Casino is powered by NetEnt, choegocasino and their games feature deccasino an amazing variety 인카지노 of slots and table games. This casino has been making big waves in the